Humas IAIN Parepare - Kisah Prof. Aminah cerminan sejati dari filosofi bahwa ketekunan yang tulus akan selalu bermuara pada kemuliaan. Lahir di kampung sederhana Baru-Baru, Sulawesi Selatan, tepat pada malam pergantian tahun, 31 Desember 1960, perjalanannya adalah sebuah epik tentang bagaimana seorang akademisi menempuh "jalan sunyi" untuk memancarkan cahaya ilmu.
Pencapaian tertinggi dalam karier akademiknya resmi terukir pada 05 Oktober 2025, ketika ia dikukuhkan sebagai Guru Besar di IAIN Parepare. Putri dari pasangan H. Abd. Aziz dan Halimah ini dididik dalam keluarga yang menjunjung tinggi kejujuran dan ibadah. Prinsip tersebut menjadi bekal utamanya sejak kecil, saat ia harus berjalan kaki jauh melewati jalan setapak menuju sekolah di desa.
Prof. Aminah membuktikan bahwa penguasaan ilmu bukan hanya tentang satu disiplin. Jejak akademiknya menunjukkan kecerdasan yang adaptif. Ia mengawali pendidikan tingginya di IAIN Alauddin Makassar (lulus 1993) dengan mendalami Aqidah dan Filsafat, menanamkan pondasi berpikir kritis dalam bingkai teologi Islam. Ia kemudian meraih gelar Magister Pendidikan Bahasa dari UNM Makassar (2005). Langkah ini menunjukkan pemahaman visioner bahwa kebenaran teologis harus disampaikan melalui bahasa yang tepat dan efektif. Puncaknya, ia meraih gelar Doktor bidang Pemikiran Islam dari UIN Alauddin Makassar pada tahun 2016, mengukuhkannya sebagai ilmuwan yang mampu membaca dinamika agama di tengah arus modern.
Sejak 1998, Prof. Aminah mengabdikan seluruh hidupnya sebagai dosen di STAIN (kini IAIN) Parepare. Konsistensi dalam pengabdian ini membawanya menapaki setiap jenjang, dari Asisten Ahli hingga dikukuhkan secara resmi sebagai Guru Besar Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah.
Di balik ketegasan dan kesabarannya di ruang kuliah, ia menjadikan mata kuliah Ilmu Kalam sebagai ladang dakwah intelektual. Ia tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga keteladanan hidup, menjadikannya figur yang dituakan, bukan hanya secara usia, tetapi juga ilmu.
"Jangan takut berjalan sendirian di jalan ilmu. Karena cahaya akan selalu lahir dari kesunyian yang tulus," adalah pesan mendalam yang ia sampaikan bagi generasi muda.
Dedikasi puluhan tahun Prof. Aminah diakui negara dengan penganugerahan Satyalancana Karya Satya 10 Tahun (Presiden SBY) dan 20 Tahun (Presiden Jokowi). Penghargaan ini adalah pengakuan atas kesetiaan tanpa pamrih pada pendidikan dan bangsa.
Bagi Prof. Aminah, menulis, meneliti, dan mengajar adalah ibadah, bukan sekadar kewajiban birokrasi. Ia memilih jalan hidup berbeda, menyalurkan kasih sayangnya secara luas kepada mahasiswa dan kolega, menjadikannya "ibu" bagi gagasan dan generasi penerus.
Dengan menjunjung tinggi falsafah Bugis siri’ (harga diri) dan pacce (empati), perjalanan Prof. Hj. St. Aminah hingga menjadi Guru Besar adalah bukti nyata, ilmu adalah cahaya, doa adalah penopang, dan perempuan bisa mencapai puncak akademik tertinggi tanpa kehilangan jati diri. Kisahnya adalah energi bagi setiap anak bangsa yang berjuang dalam kesunyian, meyakinkan bahwa setiap tetes ketekunan akan berakhir pada kemuliaan. (Ang,irm/mif)
Kisah Prof. Aminah, Guru Besar yang Menjadikan Keteladanan sebagai Metode Pengajaran Terbaik