Humas IAIN Parepare --- Kesuksesan penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025 menjadi momentum penting bagi Presiden Prabowo Subianto untuk memperluas jangkauan kemitraan bilateral Indonesia-Arab Saudi. Dalam kunjungan kenegaraannya ke Jeddah, Presiden Prabowo bersama Putra Mahkota dan Perdana Menteri Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), secara resmi membentuk Dewan Koordinasi Tertinggi (DKT) Indonesia–Saudi.
Dalam struktur DKT ini, Presiden Prabowo menunjuk Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Menteri Agama RI sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal, sebagai salah satu anggota tim kerja. Penunjukan ini menandai perluasan arah kemitraan kedua negara, tidak hanya pada bidang ekonomi, industri, dan ketenagakerjaan, tetapi juga mencakup dimensi keagamaan, kebudayaan, dan spiritualitas lintas bangsa.
“Selama ini kerja sama Indonesia–Saudi terbatas pada urusan haji, umrah, dan tenaga kerja. Dengan adanya DKT, kita ingin membangun hubungan yang lebih luas, termasuk dalam diplomasi keagamaan dan pendidikan spiritual,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Zulkifli Hasan, dalam pernyataannya yang dikutip dari porta berita beritasatu.com, Jumat (4/7/2025).
Prof. Nasaruddin Umar dikenal luas sebagai tokoh moderasi Islam Indonesia yang aktif dalam diplomasi antar agama di berbagai forum internasional. Keterlibatannya dalam DKT dinilai sebagai penguatan posisi strategis Indonesia di dunia Islam, terutama dalam pembinaan jemaah haji, pengembangan kawasan spiritual seperti Kampung Haji Indonesia di Makkah, serta revitalisasi peran masjid sebagai pusat peradaban umat.
Sebagai tindak lanjut, Prabowo dan MBS menandatangani Minutes of Meeting (MoM) pembentukan DKT yang mencakup tata kelola, kerangka kerja, serta pembentukan tim kajian bersama untuk sejumlah program prioritas. Salah satunya adalah rencana pembangunan Kampung Haji Indonesia sebagai pusat layanan permanen jemaah haji sekaligus etalase budaya Indonesia di tanah suci.
Format kemitraan strategis ini mengadopsi model kerja sama tingkat tinggi yang selama ini hanya dimiliki Arab Saudi dengan negara seperti Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok. Dengan demikian, Indonesia menjadi salah satu dari sedikit negara Asia Tenggara yang memiliki relasi bilateral setara dengan Riyadh.
Rektor IAIN Parepare, Prof. Dr. Hannani, M.Ag., menyambut positif keterlibatan Prof. Nasaruddin Umar dalam DKT sebagai bentuk pengakuan global terhadap Islam moderat Indonesia.
“Ini bukan hanya kebanggaan bagi Kementerian Agama, khususnya Perguruan Tinggi Islam di Indonesia, tetapi juga menjadi bukti bahwa nilai-nilai Islam wasathiyah yang selama ini kita bangun dan diperjuangkan Kementerian Agama telah mendapat tempat di kancah internasional. DKT akan menjadi jembatan penting dalam memperkuat hubungan spiritual dan intelektual antara Indonesia dan Arab Saudi,” ungkap Prof. Hannani.
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa dunia kampus, khususnya perguruan tinggi keagamaan Islam, memiliki tanggung jawab moral untuk terus melahirkan pemikir dan tokoh berkelas dunia seperti Prof. Nasaruddin Umar. “IAIN Parepare berkomitmen untuk terus mendidik generasi muda yang siap berkontribusi dalam diplomasi keagamaan dan kemanusiaan lintas negara,” pungkasnya saat dimintai tanggapannya, Selasa (8/7/2025).
Pembentukan DKT Indonesia–Saudi membuka harapan baru dalam menjalin koneksi lebih erat antara kedua bangsa, tidak hanya antarnegara, tetapi juga antarkalbu umat. Ini tentang masa depan bersama—ekonomi, spiritual, dan kemanusiaan—di mana Indonesia dan Arab Saudi melangkah beriringan membangun peradaban Islam yang inklusif dan visioner.
Rektor IAIN Parepare : Keterlibatan Menag RI dalam DKT Indonesia - Arab Saudi Perkuat Posisi Strategis Indonesia di Dunia Islam