Humas IAIN Parepare — Kepala Pusat Publikasi dan Penerbitan LP2M IAIN Parepare, Suhartina, M.Pd., tampil sebagai pembicara bersama Dr. Sulvinajayanti, M.I. Kom dalam peluncuran buku Parepare Makkita: Cerita Lokal Bugis di Perpustakaan Daerah Kota Parepare, Senin (8-9-2025). Kehadirannya mengukuhkan peran akademisi kampus dalam gerakan literasi budaya.
Dalam paparannya, Suhartina menegaskan bahwa program Parepare Makkita bukan sekadar seremonial, tetapi wujud nyata kolaborasi lintas generasi. “Buku ini membuktikan bahwa cerita lokal bisa dituturkan kembali oleh anak muda Parepare, dan literasi adalah jalan merawat budaya,” ujarnya.
Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan penuh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIX melalui program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan. BPK XIX hadir sebagai mitra strategis yang menegaskan bahwa literasi berbasis budaya lokal bukan hanya dokumentasi, melainkan strategi memperkuat identitas masyarakat.
Kepala Dinas Perpustakaan Daerah Kota Parepare, Drs. H. Ahmad, M.Si., mengapresiasi kolaborasi ini. “Peluncuran buku ini menandai keberhasilan Penggagas dan para penulis dalam menghidupkan kembali cerita lokal. Harapan kami, karya ini dapat menjadi pintu masuk untuk memperkuat gerakan literasi dan kebudayaan di Parepare,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Suhartina juga menyampaikan terima kasih kepada Kepala Dinas Perpustakaan Daerah Kota Parepare yang telah meminjamkan tempat sebagai lokasi peluncuran. “Kami sangat berterima kasih atas dukungan penuh dari Dinas Perpustakaan Daerah. Ruang ini bukan sekadar gedung, tetapi rumah literasi yang menghubungkan masyarakat dengan pengetahuan dan budaya,” ungkapnya.
Buku Parepare Makkita lahir dari proses penulisan, pendampingan, dan seleksi karya yang melibatkan siswa, guru, hingga dosen. Kehadirannya menjadi tonggak penting, bukan hanya bagi literasi di Parepare, tetapi juga bagi upaya nasional dalam menjaga keberlanjutan kebudayaan.
Suhartina menambahkan, peluncuran buku ini hanyalah awal dari gerakan yang lebih luas. “Kami berharap Parepare Makkita terus hidup sebagai ruang belajar bersama, tempat generasi muda mengenal budayanya dan menuliskannya kembali,” tutupnya.