Dosen FUAD IAIN Parepare Sorot Krisis Solidaritas Kemanusiaan Muslim Rohingya di Forum AICIS

5 Februari, 2024 oleh
Hayana

Humas IAIN Parepare --- Dosen Program Studi Sosiologi Agama, Institut Agama Islam Negeri Parepare, Muhiddin Bakry, mempresentasikan hasil penelitiannya yang berjudul "Krisis Solidaritas Kemanusiaan Muslim Rohingya (Studi Analisis Ashabiyah Ibnu Khaldun)" pada Forum AICIS, (Jumat, 2/2/2024).


Penelitian ini membahas konsep ashabiyah Ibnu Khaldun dalam konteks krisis solidaritas kemanusiaan umat muslim Rohingya di Myanmar.


Dalam ulasannya, Muhiddin Bakry menyoroti keaktualan konsep ashabiyah Ibnu Khaldun dalam karya "Muqaddimah" yang masih sangat relevan hingga saat ini, meskipun konsep tersebut berasal dari abad ke-14 Masehi. Ia juga menambahkan bahwa Muqaddimah Ibnu Khaldun, khususnya konsep ashabiyah, memberikan kontribusi penting dalam pemahaman terhadap dinamika sosial dan politik. Konsep ashabiyah pada dasarnya mengacu pada solidaritas kelompok atau semangat kebersamaan masih dapat diterapkan dan diinterpretasikan dalam konteks masa kini.


Tidak hanya itu, Muhiddin Bakry menjelaskan bahwa penelitian tersebut menggunakan pendekatan analisis kualitatif dengan fokus pada konsep ashabiyah Ibnu Khaldun. Data yang diperoleh berasal dari literatur ilmiah dan media nasional dan internasional.


Menurut Muhiddin Bakry, temuan utama penelitiannya adalah mengeksplorasi dualitas konsep ashabiyah dalam konteks konflik Rohingya. Ashabiyah yang  pada dasarnya dapat membangun solidaritas kemanusiaan, ternyata juga memiliki potensi untuk melegitimasi tindakan diskriminatif. Solidaritas kelompok Budha di Myanmar, yang dipicu oleh ashabiyah menjadi pendorong utama dalam perlakuan diskriminatif terhadap etnis Rohingya.


Muhiddin Bakry juga menyoroti respons solidaritas internal kelompok Muslim Rohingya, khususnya yang dipimpin oleh Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA). Respons tersebut dianggap sebagai bentuk perlindungan diri terhadap ketidakadilan yang dialami oleh komunitas mereka.




Dalam konteks internasional, Muhiddin Bakry menyebutkan peran positif Indonesia dalam KTT ASEAN sebagai implementasi ashabiyah yang menekankan solidaritas kemanusiaan. Hal ini, menurutnya, mencerminkan upaya nyata dalam membantu penyelesaian konflik, terutama dalam konteks krisis Rohingya.


"Penelitian ini dapat menjadi upaya meredakan ketegangan, mendorong dialog, dan menuju penyelesaian konflik yang adil dan berkelanjutan. Perlu ada pengelolaan yang bijak dan fokus pada penegakan nilai-nilai kemanusiaan universal sebagai langkah-langkah kunci dalam mengatasi dilema dualitas konsep ashabiyah,"paparnya.


Dengan penelitian ini, Muhiddin Bakry berharap dapat memberikan wawasan dan kontribusi positif dalam pemahaman terhadap krisis solidaritas kemanusiaan muslim Rohingya, serta memberikan dasar bagi upaya penyelesaian konflik yang lebih baik di masa depan.


Sebagai discussant dalam forum presentasi tersebut, Prof. Dr. Idi Warsah, M.Pd.I, Rektor IAIN Curup, mengomentari bahwa penelitian yang dibawakan sangat menarik dan relevan dengan konteks saat ini. Ia mengakui bahwa berita terkait muslim Rohingya menjadi tranding topic dan merupakan isu global yang menekankan pentingnya pengelolaan yang bijak dan fokus pada penegakan nilai-nilai kemanusiaan universal sebagai langkah-langkah kunci dalam mengatasi dilema dualitas konsep ashabiyah. Menurutnya, upaya ini dapat menjadi landasan bagi pemahaman yang lebih mendalam terhadap konflik dan membantu merumuskan solusi yang memadai.


Pada kesempatan tersebut, Prof. Idi Warsah juga mengajak para peneliti dan peserta untuk terus mendukung inisiatif penelitian yang memperkaya wawasan dan memberikan kontribusi positif dalam penyelesaian konflik global, terutama yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan solidaritas kemanusiaan. Hal ini juga diamini oleh discussant Dr. Hj. Heni Noviarita, S.E,. M.Si. (*/Tin)

di dalam Berita
Hayana 5 Februari, 2024