Janji Manis Politisi, Tanpa Bukti

18 Mei, 2023 oleh
mifdahilmiyah

Oleh: Haswinda (Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Parepare)


​Berbagai macam janji manis partai politik (Parpol) diberikan agar menarik simpati masyarakat sebagai pemilih. Dalam hal ini, masyarakat diminta agar cerdas menyikapi tawaran dari partai politik yang mencari massa untuk kepentingan sendiri. Analisis yang bisa dikedepankan adalah tidak berperannya partai politik (Parpol) dalam menjalankan ideologi sehingga muncul politikus-politikus yang suka menebar janji. Mereka ini tersebar dari partai nasionalis hingga agamais, di samping hilangnya ideologi partai politik dalam mengawasi peran kader berpolitik juga karena lemahnya kaderisasi yang terjadi pada partai politik. 


​Dengan demikian, dapat dikatakan adanya keterhubungan antaraperan parpol terhadap perilaku para kader atau politikus. Kalau kemarin kita membicarakan penyakit yang sedang diidap para politikus sekarang melihat apakah ada obat yang diberikan para politikus ini di tengah citra busuk yang tersemat. Hanya berkekuatan moral, berkali-kali para calon pemimpin mendatangi masyarakat memberikan janji-janji manis ingin mensejahterakan rakyat. Namun saat terpilih, semua janji itu melayang seakan tidak ada janji-janji sebelumnya yang telah mereka ucap. Pada saat ada calon pemimpin berkampanye meminta agar dipilih masyarakat mengangkat suara agar janji dipenuhi dahulu sebelum pemilihan dilaksanakan untuk menghindari kejadian-kejadian sebelumnya yang melupakan akan janji ketika mereka sudah terpilih.


​Kemudian, apabila pemimpin itu sudah berusaha menepati janjinya namun, tidak berhasil karena banyak faktor luar yang terjadi. Misalnya seorang calon pemimpin berjanji mengurangi angka kemiskinan dan ternyata saat berkuasa terjadi krisis ekonomi sehingga sulit mewujudkan janji tersebut. Hal ini seringkali terjadi, seorang calon pemimpin memberi jani-janji semata-mata hanya untuk dipilih tujuannya meraih simpati agar orang memilihnya. Salah satunya iming-iming menyelesaikan masalah dalam perbaikan jalan dalam waktu yang cukup singkat namun hal tersebut tak kunjung selesai juga.

​Menghadapi janji politik seperti itu masyarakat semestinya sadar bahwa tidak seharusnya percaya akan janji-janji tersebut karena bisa saja hal tersebut hanya berkekuatan moral semata. Artinya kita hanya bisa menunggu bukti dari janji tanpa bisa menuntut kepengadilan atas hak yang telah mereka ucap sebagai janji. Dilain pihak, pemimpin yang memiliki hati nurani tentu berpikir seribu kali sebelum mengucap janji apakah mereka bisa menepati ketika mereka sudah duduk diatas. Mereka juga akan rugi karena kehilangan kepercayaan dari masyarakat, sekaligus dihantui perasaan gagal. Baik yang berjanji maupun menerima janji sebaiknya memahami kata Paulo Coelho dalam novel The Devil and Miss Prym: ”Pertama-tama kita tidak perlu percaya pada janji-janji.

​Dunia ini penuh dengan janji: janji akan keselamatan abadi, kekayaan, juga cinta tak terbatas. Tidak sedikit orang-orang berpikir mereka bisa menjanjikan apa saja agar orang lain percaya begitu saja apapun yang menjamin masa depan mereka lebih baik. Begitupun dengan orang-orang yang memberi janji tapi tak dapat menepati hingga akhirnya merasa tak berdaya dan frustasi dan nasib yang sama juga menanti orang-orang yang percaya akan janji-janji seperti itu. Dengan adanya janji manis yang dilontarkan para calon bakal pemimpin kita sebagai pemilih jangan mau menjadi obyek yang diperdaya, tetapi sebagai pemilih yang cerdas kita harus bisa memastikan apa yang diucapkan peserta pemilu adalah suatu yang realistis.

di dalam Opini
mifdahilmiyah 18 Mei, 2023