Humas IAIN Parepare --- IAIN Parepare resmi memulai perkuliahan semester ganjil tahun akademik 2025/2026 dengan kuliah umum yang dipusatkan di Auditorium, Senin (8/9/2025). Kegiatan ini dihadiri ribuan mahasiswa, seluruh dosen, dan tenaga kependidikan. Wali Kota Parepare, H. Tasming Hamid, turut hadir memberi warna dalam momentum akademik ini.
Kuliah umum disampaikan oleh Dr. Ramli, M.Sos.I, Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Pascasarjana IAIN Parepare. Dengan gaya komunikatif, ia membawakan materi yang menghubungkan antara dakwah, cinta, komunikasi, dan kesadaran diri dalam konteks kehidupan akademik maupun sosial.
Menurut Dr. Ramli, aktivitas dakwah bukan hanya kewajiban, melainkan juga menjadi sumber kebahagiaan. “Dakwah bukan sesuatu yang sempit, tetapi ada di semua aspek kehidupan. Ketika kita berbicara tentang komunikasi dan dakwah, sesungguhnya keduanya tidak bisa dipisahkan,” jelasnya.
Ia menegaskan, beberapa pakar komunikasi menyebut dakwah pada dasarnya adalah komunikasi. Hanya saja, istilah dakwah kerap dipersempit pemaknaannya. “Dakwah tidak hanya milik Fakultas Ushuluddin atau Da’wah, tetapi melintasi semua bidang ilmu,” tambahnya.
Dalam pandangannya, keberhasilan dan kegagalan dakwah tidak hanya ditentukan oleh orator atau metode, tetapi juga oleh unsur-unsur komunikasi itu sendiri. Hal ini menjadi pelajaran penting bagi mahasiswa dalam menyampaikan pesan dan gagasan di ruang publik.
Dr. Ramli juga menyinggung pentingnya komunikasi intrapribadi, yaitu dialog internal yang terjadi dalam diri manusia. Menurutnya, motivasi dan pencapaian seseorang banyak dipengaruhi oleh kesadaran, kejujuran, tujuan hidup, serta kemampuan berpikir reflektif.
“Seperti yang digambarkan Bapak Wali Kota dalam perjalanan hidupnya, keberhasilan itu lahir dari komunikasi internal. Kesadaran diri menjadi kunci penting untuk mencapai cita-cita,” ungkapnya.
Ia mengingatkan mahasiswa agar benar-benar sadar dalam menata langkah akademiknya. “Kadang kita bilang sadar mau kuliah, tetapi lupa kuliahnya dimulai pukul 07.30. Bayar UKT, sudah punya mata kuliah, tapi kursi istimewanya di kelas tidak diduduki. Itu artinya ada kesadaran yang terlewatkan,” ujarnya memberi contoh.
Mengutip pemikiran Plato, Dr. Ramli menekankan pentingnya mengenali diri. Dalam tradisi Islam, hal ini sejalan dengan hadis populer man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu. Menurutnya, ucapan dan tindakan haruslah selaras. “Orang Bugis mengatakan, what I say harus sejalan dengan what I do. Kesadaran diri lah yang melahirkan kesesuaian itu,” jelasnya.
Lebih jauh, ia mengaitkan kesadaran diri dengan konsep cinta. Mencintai diri sendiri, menurutnya, lahir dari kemampuan mengelola dialog internal melalui pancaindra. “Input dari pancaindra akan diproses sesuai niat kita. Apakah untuk kebaikan atau keburukan, semua tergantung kesadaran diri,” katanya.
Dalam konteks akademik, Dr. Ramli menekankan pentingnya keseimbangan. Kuliah bukan sekadar mengejar ijazah dan pekerjaan, tetapi juga membangun motivasi diri yang berlandaskan spiritualitas. Ia menyinggung peringatan Maulid Nabi sebagai contoh. “Jangan berhenti pada ritualitas, tetapi harus melahirkan spiritualitas,” pesannya.
Ia juga mengingatkan tentang pentingnya menata niat dalam menempuh pendidikan. “Niat itu harus suci, bukan sekadar kebutuhan sesaat. Kalau adonan kue ditata dengan baik, hasilnya akan sempurna. Begitu juga dengan niat,” ujarnya menggunakan analogi tata bogah.
Di akhir pemaparannya, Dr. Ramli menekankan bahwa dakwah dan cinta selalu memiliki kekurangan dan tantangan. Namun semua itu bisa dikelola dengan kesadaran diri. “Mari kita belajar menata kalbu dan mengelola dakwah dengan manajemen yang baik. Hasil akhirnya adalah kesadaran diri yang membawa kita pada kebahagiaan sejati,” tutupnya.
Bawakan Kuliah Umum, Dr. Ramli, M. Sos. I. Berikan Pencerahan Tentang Dakwah, Cinta, dan Kesadaran Diri Bagi Mahasiswa