Skip to Content

Iran vs Israel: Konflik Regional, Palestina, dan Tanggung Jawab Kemanusiaan Kita

Oleh : M. Taufiq Hidayat Pabbajah(Dosen Kajian Timur Tengah, IAIN Parepare)
14 June, 2025 by
Humas IAIN Parepare

Opini - Konflik terbaru antara Iran dan Israel bukan sekadar perang terbuka dua kekuatan regional, tetapi juga mencerminkan pertarungan panjang antara ideologi, pengaruh politik, dan kepentingan global. Serangan balasan, diplomasi militer, dan provokasi melalui proksi memperlihatkan betapa rapuhnya stabilitas di Timur Tengah. Namun dalam gejolak ini, satu isu yang semestinya menjadi perhatian utama justru kembali terpinggirkan yaitu Palestina dan penderitaan rakyatnya.


Bagi Israel, Palestina kerap dipandang sebagai “ancaman keamanan” dan sumber instabilitas yang harus ditekan. Sejak pendudukan wilayah Palestina pasca-1948 dan perluasan permukiman ilegal di Tepi Barat, Israel menunjukkan pendekatan militeristik dan politik apartheid terhadap rakyat Palestina. Operasi-operasi militer di Gaza, blokade ekonomi, serta pembatasan akses terhadap fasilitas dasar adalah bagian dari sistem penindasan struktural yang telah lama dikritik komunitas internasional.


Sebaliknya, Iran memposisikan diri sebagai “penjaga perlawanan” terhadap Israel dan pendukung perjuangan Palestina. Retorika pembelaan terhadap al-Quds (Yerusalem), dukungan terhadap Hamas dan Jihad Islam, serta penolakan terhadap eksistensi negara Israel digunakan untuk membangun legitimasi politik luar negeri dan memperkuat posisinya di kawasan. Namun, tidak sedikit pengamat yang menyebut bahwa solidaritas Iran terhadap Palestina bukan murni bersifat ideologis, melainkan juga strategis dan politis, untuk meneguhkan dominasi dalam poros perlawanan (axis of resistance).


Dalam konflik dua negara ini, rakyat Palestina menjadi korban paling abadi. Mereka tersandera dalam tarik menarik kepentingan negara-negara besar, baik dari Timur maupun Barat. Krisis kemanusiaan di Gaza, kemiskinan struktural, dan perampasan tanah di Tepi Barat terus berlangsung sementara perhatian dunia tersita oleh pertempuran antar-negara besar.


Kondisi ini mengingatkan kita pada pesan Al-Qur’an dalam Surat Al-Ma’idah ayat 8:

وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰى 


“Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.”


Ayat ini menegaskan bahwa dalam situasi konflik sekalipun, keadilan dan kemanusiaan tidak boleh dikorbankan oleh kepentingan ideologis atau politis.

Posisi Indonesia dan Peran Akademisi Muslim

Sebagai bangsa yang menganut prinsip bebas aktif dan menjunjung tinggi kemerdekaan semua bangsa, Indonesia telah konsisten mendukung kemerdekaan Palestina. Konflik Iran-Israel harus dilihat bukan hanya sebagai dinamika militer, tetapi juga sebagai ujian kemanusiaan dan diplomasi. Kita mesti terus mendorong penyelesaian damai yang adil, serta mendukung inisiatif internasional untuk menghentikan kekerasan terhadap rakyat Palestina.


Sebagai dosen Kajian Timur Tengah di IAIN Parepare, saya menilai pentingnya penguatan literasi geopolitik dan solidaritas kemanusiaan di kalangan mahasiswa, khususnya dalam melihat konflik seperti ini secara bijak, tidak hitam-putih, tidak simplistik. Pemahaman terhadap sejarah kolonialisme, politik identitas, dan konflik perbatasan perlu ditanamkan dalam kurikulum agar generasi muda tidak mudah terseret dalam propaganda atau narasi tunggal.


Konflik Iran dan Israel adalah gambaran kompleksitas konflik yang terjadi di Timur Tengah, tapi jangan biarkan perhatian terhadap Palestina tenggelam dalam hiruk pikuk itu. Dukungan terhadap Palestina bukan soal memilih sisi dalam konflik, tetapi keberpihakan terhadap keadilan dan kemanusiaan. Mari sebagai akademisi dan masyarakat Indonesia, terus bersuara, mencerdaskan, dan menunjukkan bahwa kita berdiri bersama mereka yang tertindas.

Humas IAIN Parepare June 14, 2025
Archive