Skip to Content

The Shallows Nicholas Carr: Internet Sedang Mendesain Ulang Cara Kita Berpikir

Oleh : Prof. Dr. Hannani, M.Ag (Rektor IAIN Parepare)
25 November, 2025 by
The Shallows  Nicholas Carr: Internet Sedang Mendesain Ulang Cara Kita Berpikir
Humas IAIN Parepare
| No comments yet

Buku The Shallows: What the Internet Is Doing to Our Brains karya Nicholas Carr mengajukan tesis penting: internet tidak hanya mengubah cara kita bekerja, belajar, dan berinteraksi, tetapi secara diam-diam membentuk kembali struktur otak manusia. Melalui riset neurosains dan kajian budaya, Carr menunjukkan bahwa perubahan ini bergerak cepat lebih cepat daripada kemampuan kita beradaptasi secara mental maupun sosial.

1. Cara Baru Otak Kita Bekerja

Carr menegaskan bahwa otak bersifat plastis. Setiap kebiasaan digital, scroll, klik, swipe, notifikasi mendorong pembentukan jalur saraf baru. Akibatnya, manusia modern semakin mahir dalam mengolah informasi cepat, tetapi semakin sulit mempertahankan konsentrasi mendalam. Internet mengajarkan otak untuk selalu waspada terhadap stimulus baru, bukan tenggelam pada satu gagasan.

2. Dari Membaca Mendalam ke Membaca Dangkal

Dominasi layar membuat bentuk membaca bergeser. Hyperlink, tab berlapis, dan arsitektur web menyebabkan kita “melompat-lompat” alih-alih membaca secara linear. Carr menyebutnya shallow reading membaca cepat, sekilas, tanpa refleksi. Implikasinya besar: proses membentuk memori jangka panjang menjadi terputus, sehingga pemahaman konseptual melemah.

3. Ledakan Informasi dan Keletihan Kognitif

Internet menciptakan kondisi cognitive overload. Kita dibombardir oleh berita, pesan, dan konten 24 jam tanpa jeda. Carr menilai kondisi ini membuat otak bekerja pada mode panik-lanun: banyak merespons, sedikit memaknai. Hasilnya adalah paradoks: informasi makin melimpah, tetapi kebijaksanaan justru menipis.

4. Multitasking yang Menyesatkan

Carr menekankan bahwa multitasking digital adalah mitos. Otak tidak memproses dua tugas berat secara bersamaan, melainkan berpindah cepat secara bergantian yang disebut task switching. Proses ini bukan hanya menurunkan produktivitas, tetapi juga merusak daya fokus dan meningkatkan stres.

5. Ketergantungan pada Mesin Pencari

Kemudahan mengakses informasi membuat manusia semakin bergantung pada Google dan platform digital lainnya. Otak berhenti menyimpan informasi karena merasa semuanya bisa “dicari nanti”. Fenomena ini disebut Carr sebagai pengalih-alihan ingatan manusia ke mesin.

6. Media Bukan Netral

Buku ini menekankan bahwa teknologi bukan sekadar alat. Setiap medium membentuk cara berpikir.Jika budaya buku membangun kedalaman, maka budaya internet menumbuhkan kecepatan dan fragmentasi. Carr memperingatkan bahwa tanpa kontrol, manusia bisa kehilangan kemampuan untuk berpikir reflektif keahlian yang menjadi fondasi inovasi dan peradaban.

7. Seruan untuk Mengambil Jeda

Carr tidak menolak internet. Ia menyerukan keseimbangan. Di tengah banjir distraksi, manusia perlu ruang untuk keheningan mental, membaca panjang, dan refleksi. Pilihan-pilihan kecil membaca buku fisik, mematikan notifikasi, menetapkan waktu bebas gawai menjadi cara memulihkan kembali kapasitas berpikir mendalam.

Kesimpulan:

The Shallows adalah peringatan kultural sekaligus psikologis bahwa internet sedang “mengarsitektur ulang” otak manusia. Kita bisa memanen manfaat era digital, tetapi hanya jika berani menjaga ruang fokus, kedalaman, dan kontemplasi hal-hal yang menjadi inti dari kemanusiaan itu sendiri.

Archive
Sign in to leave a comment