Prof. Jamilah: Kecil Cita-Cita jadi Guru, Akhirnya Jadi Guru Besar

4 Agustus, 2022 oleh
Nur Aeni K

Humas IAIN Parepare— Menjadi Profesor termuda di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare dan satu-satunya profesor pertama wanita di IAIN Parepare, Sitti Jamilah mengungkapkan rasa syukurnya.

“Bahagia dan sangat bersyukur tentunya sebab saya harus kerja keras untuk memenuhi syarat khusus. Saya mengusul DUPAK Guru Besar (GB) dari IVa yang mana ketika itu KUM saya 400 menuju IVd dalam hal ini Guru Besar harus mengumpulkan KUM sebanyak 850,” ungkapnya.

Saat diwawancarai, Profesor Jamilah masih berada di Jakarta usai penyerahan SK Guru Besarnya, Kamis (04/08). Tentunya, ada suka duka dalam meraih gelar akademik tertinggi tersebut.

“Suka duka pasti banyak kalau mau diurai satu persatu, tetapi beratnya ketika itu saya menduduki jabatan Wakil Rektor I Bidang APK, harus bisa bagi waktu antara tanggung jawab jabatan dengan waktu untuk menulis, tetapi malah di situ seninya sebab saya mengahiri masa jabatan saya dan juga bisa meraih gelar akademik tertinggi saya beberapa bulan setelah saya menyelesaikan amanah,” jelasnya.

Perempuan kelahiran 1976 ini memulai pendidikan perguruan tinggi strata satu pada jurusan Perbandingan Agama (1999), lalu strata dua di Universitas Muslim Indonesia dengan jurusan Dirasah Islamiyah (2004), dan strata tiganya di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (2014).


Riwayat jabatannya mulai dari Ketua Prodi Muamalah (2010-2014), Sekretaris P3M (2014-2018), dan Wakil Rektor I bidang Akademik & Pengembangan Kelembagaan IAIN Parepare (2019-2022), Sitti Jamilah Amin melewati berbagai tantangan. Menurutnya, keluarga menjadi motivasinya.

“Keluarga (suami dan anak-anak) terutama anak anak. Saya selalu berusaha melakukan yang terbaik agar kelak menjadi panutan bagi mereka, bahwa kesuksesan itu tidak instan, harus melalui perjuangan dan kerja keras, harus diupayakan. Satu hal yang selalu saya tanamkan dalam diri saya bahwa pengusulan kenaikan pangkat itu ada hak yang mengikut untuk keluarga kita, makanya harus diupayakan,” urainya.

Berhasil menyandang gelar profesor menjadi hal yang sangat berarti baginya.
“Dulu waktu kecil saya selalu bercita cita jadi guru, setelah saya masuk di kampus tercinta ini cita-cita besar saya mau jadi guru besar. Itu sebabnya saya mempersiapkannya secara serius untuk mencapai gelar akademik tersebut,” ucapnya.

Menulis adalah salah satu kunci untuk memenuhi persyaratan jadi guru besar.
“Jangan putus asa ketika tulisan dikembalikan atau di tolak, kembali menulis lagi. Semoga dengan adanya 2 Guru Besar (GB) ini dan insyaallah akan tambah lagi 1 GB dalam waktu dekat ini, menjadi pemantik dan penyemangat bagi dosen- dosen yang memenuhi syarat untuk mengajukan kenaikan,” harapnya. (Aen/Tin)

di dalam Berita
Nur Aeni K 4 Agustus, 2022