Humas IAIN Parepare – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare kembali memperkuat komitmennya sebagai Kampus Akulturasi dengan menyelenggarakan Seminar Nasional bertema “Kurikulum Cinta dan Ekoteologi: Paradigma Baru Pendidikan Humanis, Moderat, dan Religius” pada, Kamis (3/10/2025). Kegiatan yang dihadiri ratusan dosen dan mahasiswa ini dilaksanakan di Lantai 5 Perpustakaan IAIN Parepare.
Seminar ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Prof. H. Andi Salman Maggalatung, Tenaga Ahli Kementerian Agama RI sekaligus Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan H. Muhiddin Bakry, Kepala Pusat Moderasi Beragama LP2M IAIN Parepare. Diskusi hangat ini dipandu oleh Musmulyadi, Kepala Pusat Pengabdian LP2M IAIN Parepare.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, M. Ali Rusdi dalam sambutannya menegaskan bahwa gagasan Kurikulum Cinta yang dicanangkan oleh Kementerian Agama adalah terobosan penting dalam dunia pendidikan Islam modern.
"Cinta dalam konteks ini bukan sekadar romantisme, tetapi nilai spiritual yang memanusiakan manusia, menghidupkan kemanusiaan, serta membangun paradigma pendidikan yang humanis, moderat, dan religius,” jelas Wakil Rektor III, Ali Rusdi.
Tenaga Ahli Menteri Agama RI, Prof. H. Andi Salman Maggalatung, mengawali materinya dengan menyampaikan apresiasi tinggi atas semangat dan perkembangan IAIN Parepare yang dinilainya luar biasa, bahkan mengaku kagum melihat suasana kampus. Prof. Salman, yang merupakan putra daerah kelahiran Wajo, Sulawesi Selatan mendukung tranformasi IAIN menjadi UIN. “Kampus ini sudah pantas bertransformasi menjadi UIN. Ini wajib hukumnya,” ujarnya memberikan dorongan yang disambut tepuk tangan meriah dari para peserta.
Prof. Salman menjelaskan, tema Kurikulum Cinta, Ekoteologi, dan Moderasi Beragama merupakan prioritas utama Kemenag untuk meningkatkan kerukunan. Ia menekankan pentingnya menjaga cinta dan kasih sayang sekalipun di tengah perbedaan, serta menegaskan bahwa kurikulum tidak boleh terlalu membesar-besarkan perbedaan. “Jika ini sudah melekat, maka konflik sudah tidak ada. Anak kita perlu diajarkan cinta dan kasih sayang sejak dini hingga dewasa,” tegasnya.
Lebih lanjut, Prof. Salman menyimpulkan bahwa gagasan Kurikulum Cinta dan Ekoteologi merupakan langkah strategis dalam memperkuat spiritualitas dan moderasi beragama di lingkungan pendidikan tinggi Islam.
Sementara itu, H. Muhiddin Bakry, memaparkan bahwa Kurikulum Cinta adalah nafas baru dalam penguatan moderasi beragama. Ia menjabarkan empat indikator utama yang terkandung dalam Kurikulum Cinta diantaranya Cinta Tanah Air, Cinta Sesama Manusia, Cinta akan Hidup Damai, Cinta Lingkungan (Alam dan Budaya).
Muhiddin Bakry juga mengutip Hadis Rasulullah tentang menanam dan sedekah sebagai contoh nyata dimensi ekologis dari cinta. "Cinta adalah jembatan kemanusiaan yang menyatukan perbedaan,” tutupnya. (irm/mif
Kurikulum Cinta dan Ekoteologi, IAIN Parepare Gelar Seminar Nasional