Kapus Budaya Pelatihan Moderasi Beragama, Relijius Jati Diri Bangsa

17 Maret, 2021 oleh
webadmin1

Wilayah Kerja Balai Diklat Keagamaan Makassar, Senin-Sabtu (15-20/03/2020) di Makassar.

“Diklat untuk ASN ini bertujuan untuk menjadi perpanjangan tangan dari pemerintah, agar ASN yang telah ikut diklat bisa menjadi agent of change minimal di tempat tugas masing-masing tentang moderasi dalam beragama. Begitupula dengan revolusi mental bertujuan untuk mengubah mindset/cara pandang, pola pikir, sikap dan perilaku dalam bekerja di instansi masing,” jelas Musyarif via WhatsApp, Kamis (18/03/2020).

Pelatihan ini merupakan Program Kementerian Agama yang dilaksanakan oleh Balai Diklat Keagamaan Makassar bertujuan agar materi pelatihan disosialisasikan ke masyarakat sehingga masyarakat mengimplemetasikan beragama secara moderat.

Materi pelatihan diantaranya, Ceramah Pembangunan Bidang Agama, Agama sebagai Landasan Segala Aspek Kehidupan, Pancasila sebagai Titik Temu Agama Dd Indonesia, Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme, Revolusi Mental dan Integritas Berbasis Nilai-Nilai Agama, Moderasi Beragama dalam Menjaga Keutuhan NKRI, serta Harmoni Agama dan Budaya. Indonesia. Pelatihan yang sedang berlangsung tersebut juga diisi simulasi penerapan moderasi beragama.



Pelatihan ini dibuka oleh Mantan Menteri Agama 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin. Lukman Hakim menyampaikan bahwa moderasi terkait pemahaman nilai-nilai beragama tidak berpihak dan tidak eksterim. “Moderasi prinsipnya adil dan penuh keseimbangan, berada di tengah, wasatiyah yang tidak terlalu condong ke kanan dan ke kiri. Mengapa? karena cara beragama kita itu bisa jadi terbawa pada pemahaman yang condong ke ekstrimis. Meskipun Indonesia mayoritas muslim, Indonesia bukan negara Islam tapi juga bukan negara sekuler. Dalam konteks Indonesia, negara tidak boleh terlalu berlebihan campur tangan dan tidak boleh lepas tangan dalam mengurusi keagamaan. Dalam konteks Indonesia, negara berkewajiban memfasilitasi kehidupan keagamaan warganya karena bangsa Indonesia sangat agamais dan relijius, nyaris tidak ada negara di dunia seperti kita dalam kehidupan keagamaan, seperti adanya majelis taklim, kelompok-kelompok pengajian. Itulah relijiusitas bangsa kita, karena realitas keagamaan kita sangat beragam dan majemuk,” jelas Lukman saat membuka kegiatan, Senin (15/03/2020). (mif)

di dalam Berita
webadmin1 17 Maret, 2021